Rabu, 13 Oktober 2010

Bendungan Tirta Sinta Dipenuhi Gulma

KOTABUMI - Bendungan Tirta Sinta yang berada di Desa Wonomarto, Kecamatan Kotabumi Utara belum mendapatkan perhatian khusus dari instansi terkait yg ada di Kabupaten
Lampung Utara (Lampura). Padahal, bendungan itu merupakan objek wisata alam yang sangat berpotensi guna menambah pendapatan asli daerah. Karena tidak terawat dengan baik, sehingga air dalam bendungan itu kumuh dan penuh gulma ditutup tumbuhan lumut, bak padang rumput yang luas.

Sementara, dari segi geografis, air dalam bendungan tersebut dimanfaatkan warga untuk irigasi perairan pertanian di sawah. ’’Karena tidak terawat, sehingga dibiarkan, hingga air dalam bendungan tertutup rumput liar,’’ ujar Wandoyo, salah satu tokoh masyarakat di Desa Wonomarto kepada Radar Kotabumi, kemarin (8/1).
Menurutnya, pada akhir tahun ini, bendungan milik warga desa Wonomarto belum dilakukan perbaikan bangunanya oleh pihak terkait. Bahkan, hingga saat ini masyarakat menjadi resah karena air dalam bendungan itu kumuh dan penuh gulma dan rumput liar, yang dikhawatirkan merusak tanaman pertanian, perkebunan serta menggagalkan panen produksinya. ’’Warga sangat berharap objek wisata itu mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Lampura,’’ katanya.

Camat Kotabumi Utara, Neliwati, mengungkapkan, sudah beberapa tahun terakhir, kondisi bendungan belum pernah mendapatkan perawatan. Baik dilakukan oleh pengusaha pariwisata, masyarakat maupun pemerintah Kabupaten. Meski kondisinya sangat memprihatinkan, namun ada beberapa warga yang masih tetap mengunjungi tempat pariwisata tersebut. Ini dipakai mereka untuk berekreasi dan sebagainya. ’’Sebelum terjadi gulma. Banyak sekali masyarakat yang mengunjungi bendungan Wonomarto itu,’’ ungkapnya.

Walaupun demikian, Neliwati mengharapkan warga dapat bersabar. Karena pemerintah Kabupaten juga tetap memikirkan objek wisata yang terbelengkalai. ’’Tentunya kami berharap agar bendungan Tirta Sinta ini dapat dibangkitkan dan dikembangkan,’’ imbuhnya. Untuk diketahui, pada kunjungan Bupati Lampura Drs. Hi. Zainal Abidin, M.M., beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Pembangunan Umum (PU) Ir. Azwar Yazid, M.M mengatakan, apabila warga setuju, bendungan Tirta Sinta itu, akan dilakukan perbaikan. (*)

Sumber           http://www.radarkotabumi.com
Sumber Foto : http://tirtashinta.blogspot.com

Pemkab tak mampu kelola potensi Pariwisata

KOTABUMI—Seluruh aset pariwisata yang ada di Lampura merupakan potensi yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Hanya saja, baru tiga sektor pariwisata yakni Way Rarem, Way Tebabeng, dan bendungan Tirta Sinta, yang retribusinya masuk ke PAD Lampura. Sedangkan, dilihat dari retribusi tiga aset pariwisata ini, penghasilannya masih sangat minim. Tapi, jika dikelola dengan baik dan maksimal, dampaknya akan sangat baik untuk peningkatan PAD. Hal itu dikataka

Kabid bidang Perencanaan dan pengendalian Dinas Pendapatan Pengelolahan Keuangan dan Aset (DP2KA) kabupaten Lampura, Drs. Gunawan. M.Si mendampingi Kadis DP2KA, Drs.Budi Utomo,S.E,M.M diruang kerjanya kemarin (17/3). “Pengembangan dan peningkatan PAD dari sektor pariwisata di Lampura masih sangat minim, dan sebenarnya sektor pariwisata ini bisa dijadikan PAD yang cukup potensial di Lampura jika benar-benar terkelolah dengan baik,” ujarnya.

Untuk target PAD dari sektor pariwisata di tiga lokasi itu, sebesar Rp 7,5 per tahun, dan teralisasi sesuai dengan ketentuan yang ada pada tahun 2008, dengan rincian, retribusi way Rarem Rp 2 juta/tahun, Way Terbabeng Rp 2 juta, Tirta Sinta Rp 2 juta dan untuk retribusi rumah makan Rp 1, 5 juta. Sedangkan, untuk tahun 2009 ini target pariwisata masih Rp 7,5 juta per tahun. “ Seharusnya, untuk kedepan target PAD dari
pariwisata harus lebih ditingkatkan, sehingga pihak ke-3 atau investor asing bisa menginvestasikan modalnya untuk kesektor pariwisata di Lampura,” paparnya. Dijelaskannya, ada beberapa hal yang menghambat terjadinya peningkatan potensi pariwisata di Lampura, seperti tingkat keamanan, kurangnya fasilitas yang memadai, kurangnya sarana dan prasarana transportasi ke lokasi pariwisata, belum terpenuhinya fasilitas kebutuhan pengunjung, dalam penyediaan masyarakat dalam penawaran sovenir, minimnya publikasi dan budaya masyarakat di Lampura yang masih berorentasi pada masyarakat Lampura.

“Harapan kedepan, pemerintah daerah melalui Dinas terkait yakni dinas pemuda, olah raga dan pariwisata dapat menginvestasikan upaya untuk memperlengkap sarana dan prasarana di lokasi pariwisata dalam upaya menarik minat pengunjung sehingga PAD meningkat,” pungkasnya. Terpisah, kepala dinas pemuda olahraga, kebudayaan dan pariwisata (Disporabudpar) Hi. Supardi Alam, S.H., didampingi kepala bidang (Kabid) pariwisata, Juanda Basri, S.E., mengakui kalau pariwisata merupakan sumber pendapatan asli daerah (PAD) Lampura. Namun, pengelolaannya masih terganjal dengan jumlah anggaran.

Sedangkan, untuk program pengembangan pariwisata, belum dapat dilakukan karena masih bergabung dengan dinas pendidikan dan kebudayaan (P dan K), setelah dirubah menjadi Disporabupar pada bulan Januari, sehingga belum mendapat anggaran dari APBD Lampura.’’ Untuk data pariwisata sudah ada, namun belum menyeluruh, dan untuk pelaksanaan pengembangan sektor pariwisata akan dilakukan pada 2010 mendatang,’’ kata Supardi, seraya mengatakan, karena waktu disyahkannya Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Disporabudpar belum terbentuk. Kendati demikian, Supardi mengatakan, pihaknya telah melakukan peninjauan terhadap lokasi pariwisata, seperti Bendungan Way Rarem, Way Tebabeng, dan Tirta Sinta. Khususnya untuk Bendungan Way Rarem, pihaknya bekerjasama dengan tim konsultan, akan membuat proposal, yang ditandatangani oleh Bupati Lampura, selanjutnya diajukan ke pusat. Denga harapan proposal dapat diterima sebagai solusi pengembangan sektor pariwisata di Lampura. “Bila mengharap dana dari APBD tidak mungkin dapat direalisasikan, mengingat waktu pengesahan telah lewat,’’ungkapnya.

Disinggung masalah keberadaan sektor pariwisata lain, seperti Air terjun, Supardi mengatakan, pihaknya belum mengetahui persis berapa jumlahnya. Namun, untuk ke depan pasti di data, mengingat sektor wisata seperti air terjun juga digemari oleh wisatawan asing dan domistik, sebagai sarana hiburan khususnya untuk masyarakat Lampura.’’ Dalam ingatan saya ada air terjun curup selampung di kecamatan Abung Barat, Curup Klawas Abung Tengah, dan masih banyak yang lain, serta belum terdata,’’ kata Supardi untuk wisata dataran tinggi Lampura punya puncak Sasteng di Bukit Kemuning.

Kemudian, lanjutnya, pada tahun 2010 pihaknya akan bekerjasama dengan investor asing untuk mengembangkan potensi pariwisata di Lampura, dengan harapan, investor pariwisata yang ada di Lampura bisa meningkat, sehingga dapat menambah PAD dan devisa bagi negara. “Selain itu dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi warga setempat, oleh karena itu, diharapkan pemerintah daerah dapat menganggarkan dana untuk pengembangan sektor pariwisata,’’ harapnya. (*) 

Sumber :  http://www.radarkotabumi.com

Tirta Shinta 01



Sumber   http://tirtashinta.blogspot.com